Kamis, 30 Juli 2009

tdmk

Sufisme di Masakini




Melihat ketertarikan orang-orang pada
sufisme
di masa kini masihlah harus dipertanyakan, baik
manfaat maupun dampaknya terhadap
kehidupan masyarakat secara umum.






Sufisme
adalah isme atau dapat juga dikatakan sebagai ilmu
untuk menjalani kehidupan sufistik seorang sufi
, yang mana
diketahui bahwa akhir dari kesufian adalah awal dari kenabian, yang tentu
saja menjadikan kesufian dapat di artikan pencarian kesucian yang
tertinggi
yang menjadi dasar atau awal kenabian, demikianlah bahwa
akhir kesufian hanyalah awal kenabian menjadikan setinggi-tinggi nya
tingkat kesufian tidaklah dapat mencapai tingkat kenabian.



Para sufi berusaha untuk selalu menjaga pandang, wudlu juga
fikirannya serta segala perbuatannya
, demi tercapainnya kesucian tertinggi
yang dapat dicapai manusia.



Bagi para sufi tidak menikah
adalah yang terbaik, namun bila ternyata ada sebersit saja
syahwat terhadap lawan jenis, maka wajib
lah hukumnya bagi mereka untuk menikah, yang sudah barang tentu
mereka harus mendapatkan pasangan yang juga rela
untuk dibawa hidup bersama dengan cara yang teramat sangat
sederhana
itu.



Menjaga kehalalan makanan
dan minuman sangatlah penting bagi para sufi, dikarenakan
pintu masuk syaitan
yang paling besar adalah
melalui makanan dan minuman yang
tidak halal,
baik haram pada makanan ataupun minuman itu
sendiri, cara mendapatkannya ataupun cara mendapatkan uang yang di
pakai untuk membelinya.



Umumnya kehidupan para sufi
teramat sangat sederhana
, mereka tidak akan menyimpan atau
memiliki barang-barang sebagai harta melainkan hanya
barang-barang sekedarnya untuk dipakai dan dimakan
serta diminum saja, sesuai dengan cara mereka berpakaian serta cara
mereka makan dan minum.



Marilah sekarang kita mengamati
keadaan kehidupan
secara umum, di masakini
yang notabene untuk indonesia saja perbandingan antara
laki-laki dengan perempuan kurang lebih
berkisar antara satu banding empat (1:4) sampai dengan satu
berbanding enam (1:6), yang berarti satu laki-laki seharusnya
menanggung paling tidak empat (4) perempuan, 10.000.000
laki-laki
berkewajiban terhadap 40.000.000 perempuan,
dalam hal ini menanggung ataupun berkewajiban tidaklah di artikan
dalam arti menikahi, melainkan bertanggung jawab dalam arti yang
seluas-luasnya, perbandingan tersebut akan lebih besar
lagi di negara-negara yang sedang dalam keadaan berperang,
karena peperangan pada umumnya akan sangat berpengaruh dengan
berkurangnya jumlah laki-laki, semua itu di perparah lagi dengan
merebaknya kaum gay atau homo,
kebudayaan tidak menikah atau kumpul kebo, juga
situasi negara yang sulit menimbulkan banyak faktor stress
yang dapat menghilangkan potensi laki-laki, serta
kasus-kasus lainnya yang berdampak serupa.



Selain itu banyak pula orang yang
tertarik dengan cara hidup sufi namun tidak pernah mengira betapa
sulitnya
menjalani kehidupan seperti demikian serta
kurangnya pengetahuan
dalam ketentuan-ketentuan islam
yang sedemikian kompleksnya, sehingga pada saat
mencobanya malah terperangkap kepada
berbangga-bangga
dengan jubah ataupun
baju bertambal
, kehidupan para sufi adalah kehidupan yang
sangat-sangat sulit
bagi orang-orang pada umumnya,
dikarenakan hanya orang-orang yang sudah pada tahapan tidak
membutuhkan apapun selain Allah
saja yang dapat menjalaninya,
jadi sebaiknya bagi orang-orang yang masih membutuhkan barang-barang,
baik itu barang dunia maupun barang akhirat
sebaiknya tidak usah berkeinginan menjalani kehidupan kesufian.




-=*=-

Tidak ada komentar: