Kamis, 30 Juli 2009

jiwa

Jiwa






Orang sakit jiwa atau gila
ataupun kehilangan ingatannya sementara, adalah orang
yang jiwanya meninggalkan tubuh nya, baik sementara ataupun
seterusnya, namun tubuhnya tetap hidup dikarenakan
ruhnya masih tetap berada dalam tubuhnya tersebut.







Jadi bila kita boleh
mengumpamakannya, jiwa adalah raja didalam tubuh kita,
akal kita adalah perdana menterinya, sedangkan
perasaan kita adalah permaisurinya, terkadang atau
bahkan mungkin sering terjadi perdana menteri atau permaisuri
berkhianat kepada raja, atau mungkin
saja kedua-duanya bersekongkol mengianati raja.




Ritual sa'i didalam haji, mengajari kita
bagaimana jiwa seharusnya berpegang teguh kepada
Allah, sebab sering terjadi hal-hal yang menurut akal
serta perasaan sehat kita tidaklah mungkin, namun bagi
Allah tidak ada sesuatu pun yang tidak mungkin,
begitulah sa'i pada awalnya menceritakan tentang ketidak
mungkinannya mencapai mata air yang jauh yang menurut akal
maupun
perasaan akan menyuruh kita untuk diam
saja menerima takdir kematian dikarenakan kehausan,
namun dengan terus berusaha serta
keyakinan kepada Allah, maka Allah menjadikan mata air zam-zam yang
masih terus mengeluarkan airnya hingga sekarang, yang
entah sudah berapa ribu tahun.




Allah memberikan kendaraan
kepada jiwa berupa tubuh, agar tubuh mempunyai nyawa
serta dapat bergerak maka Allah
memberikan ruh kepada tubuh tersebut, seharusnya
jiwa dapat mengendalikan tubuh serta ruhnya dengan
baik serta sepenuh kendali, namun kenyataanya
seringkali terjadi jiwa tidak berdaya dalam
mengendalikan tubuh yang mempunyai dua macam syahwat
yang menjadikan adanya naluri akan kebutuhan bertahan
hidup serta berketurunan.




Jiwa kita seringkali kewalahan
menghadapi naluri yang dibangkitkan oleh syahwat kita,
sehingga kita menjadi tidak adil bahkan melupakan
kebutuhan ruh kita yang suaranya didalam hati kecil
kita kalah bawel oleh suara syahwat, cerewet
serta
bawelnya syahwat kita akan mudah kita
melihatnya saat kita berpuasa, makin sore makin
cerewetlah syahwat kita, sehingga kita menjadi sulit
berfikir, jiwa kita hampir lumpuh dibuatnya.




Jika jiwa kita terlalu
memanjakan tubuhnya serta mengabaikan ruhnya, tentunya
akan berakibat buruk pada akhirnya nanti,
sebab tubuh kita akan berakhir didunia
ini sedangkan ruh kita akan mengantar kita
ketempat
tujuan terakhir kita di akhirat nanti,
namun bila ruh kita sangat miskin dikarenakan
tidak
pernah mendapatkan bagiannya ataupun
bahan bakarnya selama kita didunia ini, bagaimana
mungkin ruh kita akan mampu untuk mengantar kita
ketempat
tujuan kita bila tidak mempunyai
bekal ataupun bahan bakar.




Setidak-tidaknya saat kita
didunia seharusnya kita adil terhadap ruh kita,
agar
ruh kita bisa sama-sama mempunyai bekal serta
bahan bakar seperti tubuh kita, lebih
baik lagi bila ruh mendapat lebih banyak, agar dalam
perjalanan di akhirat nanti dapat lebih mudah
serta
cepat.




Makanan jiwa kita adalah
ilmu yang bermanfaat, ada baiknya jika kita lebih
menghayati do'a-do'a yang dapat menjadikan kita
mendapatkan banyak ilmu serta dihindarkan dari
ilmu yang tidak bermanfaat, agar akal serta perasaan kita
dapat
membantu jiwa dengan akal serta perasaan
yang penuh manfaat bagi jiwa.




Akal serta perasaan kita
banyak
sekali belajar melalui panca indra
kita, terutama mata serta telinga, oleh karena itu
baik sekali jika mata serta telinga kita terjaga
dari pandangan serta pendengaran yang tidak bermanfaat
apalagi dari hal yang buruk-buruk.




-=*=-



Tidak ada komentar: