Kamis, 30 Juli 2009

puasa

Puasa






Bulan puasa atau bulan ramadhan
adalah bulan yang penuh rahmat serta bulan yang penuh
khidmat, bulannya ummat islam berlatih prihatin
lahir dan bathin, disiang hari mengharamkan yang biasanya halal,
syahwat perut, dan syahwat birahi,
menjaga pandangan mata, pendengaran
telinga, penciuman hidung, perasa pada
kulit dari hal-hal yang tidak atau kurang baik, mengendalikan
emosi
dan lain sebagainya, selama 30 hari atau kurang,
namun kadang-kadang atau malah biasanya diakhir masa berlatih
tersebut malah diisi pesta balas dendam terutama perut,
tapi mungkin itu cukup sah-sah saja karena sudah merupakan
budaya
, walaupun mungkin seharusnya syukuran bukan pesta.







Ingat lebaran jadi ingat orang zuhud yang
berkaul makan daging, pada saatnya ada daging tersebut
ia tidak jadi memakannya, malah terus ditinggalkannya
untuk shalat, setelah selesai shalat ada tamu datang membawakan
daging juga, sambil ia menceriterakan bahwa ia bermimpi
bertemu dengan Rasulullah SAW, yang didalam mimpinya itu menyuruh ia
datang kesini sambil menyampaikan pesan agar si orang zuhud ini
berdamai
dengan perutnya, jadi rupanya bagi orang zuhud
juga ada kalanya harus bedamai dengan perut, jadi bagi yang berpuasa
30 hari atau kurang juga tentunya boleh sedikit memanjakan
perutnya di hari kemenangannya.




Mengamati puasa setiap hari selama 30 hari
atau kurang, jadi terbayang bahwa setiap harinya saat
berpuasa sama dengan kehidupan dari lahir sampai
meninggal, apalagi bila mengingat usia tua sering disamakan
dengan maghrib, jadi kalau di hitung-hitung dari subuh
atau lahir sampai dengan maghrib atau isya yang di anggap meninggal,
maka  dapat diambil perkiraan sepuluh tahun umur
berbanding dengan dua jam hari puasa, pada saat
selesai subuh tubuh masih segar, perut
masih kenyang, pikiran masih bersih, setelah itu
maka jam demi jam berlalu rasa lapar bertambah, tubuh mulai melemah
dikarenakan gula darah yang mulai menurun, emosi meningkat, daya
berfikir mulai menurun, waktu makin terasa lama yang berarti
kesabaran menurun, situasi seperti tersebut mirip dengan perjalanan
kehidupan, bila usia mulai bertambah tubuh semakin
lemah, emosi semakin meningkat serta otak pun akhirnya melemah
dimakan udzur, jadi selain berlatih prihatin, kesabaran, kejujuran,
puasa juga dapat diartikan sebagai  suatu latihan
untuk membuat kita pandai menata prioritas serta waktu, sebab disaat
kita makin lemah, kita harus lebih pandai
memilih
pekerjaan yang paling penting untuk didahulukan
sehingga waktu dapat diefektifkan.




Kejujuran dalam berpuasa yang hanya
menjadi urusan hamba dan Tuhannya saja itu dapat pula dijadikan
sebagai ukuran kedewasaan kita, juga menjadi ukuran
tingkat pengenalan kita kepada Allah yang kita tidak
dapat melihatNya denga mata telanjang kita, bagi anak-anak pada
umumnya yang merasa puasa hanya karena orang tua ataupun
lingkungannya, bisa saja mereka mencuri-curi minum air di kamar
mandi ataupun dimana saja yang menurut mereka tidak terlihat
orang lain, sedangkan bagi orang dewasa yang sudanh mengerti tentu
saja puasa menjadi ajang ketulusan kepada Allah yang
memberi perintah puasa tersebut, sehingga akan
berusaha untuk berpuasa dari mendengar, melihat,
mencium, merasakan bahkan berfikir
akan hal-hal yang buruk agar puasanya tidak hanya
tinggal lapar serta haus saja, sehingga bagi mereka yang mengerti
puasa adalah sarana berlatih mengingat Allah pada saat
berdiri, duduk dan tidur, sebab selagi nyaman tidur kita harus
bangun karena Allah menyuruh kita sahur, siang hari
segala gangguan kita hindari karena ingat kepada Allah
yang memerintahkan kita menghindarinya, maghrib kita diperintahkan
untuk berbuka, juga malam sebelum tidur kita
disarankan
tarawih juga memperbanyak membaca Qur'an.




Kesehatan orang yang berpuasa pun
sebenarnya bertambah, dikarenakan jam
makan menjadi teratur, juga otomatis mengikuti anjuran makan setelah
lapar berhenti sebelum kenyang, usus diberikan waktu yang sangat
panjang
untuk mencerna makanan sewaktu sahur sehingga
pencernaan
menjadi sangat efektif, kerak
usus yang berupa lemak serta kapur berguguran, kotoran-kotoran
didalam darah terbuang sejalan dengan berkurangnya
gula darah, darah menjadi bersih dari racun makanan terutama daging,
penyakit yang berkaitan dengan darah kotor serta darah manis tentu
saja akan berkurang bahkan bisa saja hilang, sedangkan
untuk otak kita yang dilatih dalam keadaan beban berat,
pada saat dihari-hari biasa akan menjadi lebih cerdas
serta efisien pemakaian tenaganya.




Seharusnya hasil dari
berpuasa tersebut dipertahankan sedapat mungkin hingga
bertemu saatnya puasa kembali, sebab di dalam islam kita
tidaklah
disuruh melakukan yang muluk-muluk, bahkan untuk
panjang umur saja disarankan dimintakan dari ramadhan
ke ramadhan saja, agar dapat diisi kebaikan dari hari
kehari untuk di evaluasi setiap tahunnya, dengan
demikian maka otomatis kita senantiasa menyongsong datangnya bulan
ramadhan setiap harinya, paling tidak kita sambut
untuk minta perpanjangan usia.




Seharusnya lagi... puasa itu hasilnya
dapat memperkuat shalatnya, karena salah satu fungsi
shalat adalah dapat menghindarkan kita dari berbuat keji dan mungkar
yang tentu saja sangat berkaitan dengan menahan emosi
serta menjaga fikiran serta memupuk kesabaran.




Lagi... seharusnya puasa yang
menjadikan
kita suci kembali baik lahir maupun bathinnya itu,
yang didukung pembersihan harta denga zakat fitrahnya serta
mempererat dan menyambung silaturahmi di hari lebaran, menjadikan
kita benar-benar dewasa dalam berfikir serta bertindak, sehingga
dapat menjadikan ummat muslim yang damai, kompak, satu visi dalam
tujuan walaupun dengan misi yang berbeda-beda.




Seharusnya..... selesai dulu disini
pembahasan puasanya...




-=*=-



Tidak ada komentar: