Kamis, 30 Juli 2009

syukur

Syukur






Apakah anda sudah
mensyukuri apa yang telah diberikan oleh Allah kepadamu?,
biasanya
jawabannya adalah sudah!, lalu
disusulkan pertanyaan kedua, kapan?, tentunya segera
setelah mendapatkannya, begitulah umumnya jawaban bagi pertanyaan
kedua, juga umumnya itu sudahlah dirasakan cukup atau
bahkan yang terbaik, kenapa terbaik?, karena dilakukan
sesegera mungkin.







Bila kita amati apakah arti sebenarnya
dari kata cukup apalagi yang terbaik, maka akan kita
dapati bahwa kedua kata tersebut mempunyai arti
selesai sampai disitu saja, sebagai gambaran, itu sudah cukup
berarti sudah tidak akan di tambah lagi, berarti
selesai sampai disitu saja, itu yang terbaik berarti tidak bisa
memberi lebih lagi, karena itu sudah maximal, yang
berarti selesai sampai disitu saja juga.




Melihat alasan tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa dialog di atas tersebut berarti Allah selesai
memberikan sesuatu kepada kita, lalu kita sesegera
mungkin bersyukur sebagai rasa terima kasih kita
kepada Allah, maka selesailah seluruh tatacara
serah-terima tersebut, dan kitapun merasa kita sudah
mensyukuri pemberian Allah tersebut.




Hmmm... tetapi rasanya tidaklah
sesederhana
itu seharusnya tatakrama syukur-mensyukuri
karunia Allah, apa sebenarnya yang menjadi kejanggalan
dari kesimpulan di atas tersebut?, apakah kesimpulannya yang salah?,
atau dialognya yang salah, ataukah  perasaannya yang salah?,
ngngngng.... hmmm... zzz... ou... rupanya kata merasa dan
mensyukuri pada kesimpulan yang salah, tetapi kenapa jadi
ada kesalahan dalam kesimpulannya, apa mungkin dialognya juga
salah?,  kelihatannya sih begitu.. tapi dimana
salahnya?, ngngngngng lagi.... aahh... ternyata ada
kesalah fahaman didalam dialog, yaitu antara maksud pertanyaan
mensyukuri yang dikira bersyukur oleh penjawab.




Ehh.. apa bedanya?, beda
sekaliii, coba kita amati salah satu rujukan pada
bersyukur yang berbunyi, tidak akan disempurnakan hajat manusia,
agar manusia itu pandai bersyukur, ehh lagi... kenapa
ada kata pandai?, itu dia bedanya, ingin pandai?,
maka
belajarlah, artinya kita harus belajar
agar pandai bersyukur, rujukan tersebut menunjukan kepada kita bahwa
bersyukur itu tidak hanya sampai disitu saja, juga
menjadikan
kita mengerti betul apa yang disyukuri, juga
agar kita dapat berhitung dengan benar untuk
membedakan yang mana tidak mendapat sama sekali,
mendapat sedikit, mendapat banyak,
mendapat banyak sekali tetapi sedikit
kurang alias tidak sempurna banyaknya atau tidaksesuai
dengan yang kita harapkan, tentu saja selama kenyataannya kita
mendapatkan
walupun sedikit sekali, sedikit, banyak
apalagi banyak sekali seharusnya kita bersyukur, bukannya
kita mendapat banyak sekali tetapi kecewa karena sedikit
kurang dari yang diharapkan.




Memang manusia itu makhluk yang mudah
kecewa dan sulit bersyukur, ingin seribu
dapatnya sembilan ratus lima puluh kecewa, dapat seribu tetapi
orang lain dapat seribu lima ratus juga kecewa, selain itu sering
juga terkena penyakit bersyukur karena kekurang
beruntungan orang lain, bukannya karena mendapatkan, misalnya ingin
seribu dapatnya tujuh ratus lima puluh, bersyukur karena
orang lain hanya mendapat lima ratus, atau kehilangan seribu
bersyukur karena orang lain kehilangan lebih banyak
yaitu dua ribu, padahal seharusnya bersyukur karena
mendapat tujuh ratus lima puluh dan kasihan pada orang yang hanya
mendapatkan lima ratus, begitu juga seharusnya bersyukur karena
hanya
kehilangan seribu tidak sampai kehilangan
segalanya
, dan juga kasihan kepada yang kehilangan dua ribu.




Jadi kembali ke persoalan perbedaan
tadi, jika kita pandai bersyukur maka kita dapat
menjadi orang yang mensyukuri pemberian Allah, sebab orang yang
mensyukuri pemberian adalah orang yang senantiasa
merawat serta mensyukuri pemberian tersebut selama kita
miliki, bahkan setelah tidak kita miliki lagi pun kita tetap
mensyukurinya dikarenakan pernah memilikinya, itu semua dapat
dilakukan bila kita bersyukur atau menyukuri pemberian
ataupun pinjaman tersebuk dikarenakan yang memberikannya atau yang
meminjamkannya, bukannya pemberiannya ataupun pinjamannya tersebut.




Sungguh beruntunglah orang yang pandai
bersyukur maupun yang mensyukuri pemberian Allah,
sebab Allah akan melipat gandakan segala-sesuatu yang
disyukuri oleh kita, sedangkan lipat ganda sendiri bukanlah berarti
di kalikan dua, tetapi sebanyak Allah berkehendak,
sebagaimana jika kita memberikan baju kepada seseorang, lalu orang
itu membuangnya atau memberikannya kepada orang lain,
tetntu kita merasa orang tersebut tidak menghargai kita sehingga
kita enggan untuk memberi lagi apapun juga kepada orang tersebut,
tetapi bila orang tersebut merawat baju pemberian kita tersebut
dengan baik, sering dipakai, kelihatan bagus terus, tentu saja kita
ingin memberi lagi kepada orang tersebut, begitu pula
dengan Allah yang akan melipat gandakan pemberiannya yang kita rawat
dengan baik serta kita syukuri, semakin pandai kita
merawat dan mensyukurinya maka akan semakin besarlah
Allah melipat gandakannya, tetapi mengapa kita sulit bahkan tidak
dapat merasakan pelipat gandaan tersebut?, itu semua
disebabkan Allah melipatgandakan sesuatu yang kita syukuri
dengan
apa yang paling kita butuhkan pada saat itu sedang
kita tidak menyadarinya, hanya Allah lah yang Maha
Mengetahui yang mengetahui apa yang terbaik bagi kita
pada setiap saatnya.




Allah sangat menyayangi hambanya
yang
selalu mensyukuri pemberiannya, bayangkanlah
bagaimana
Allah melipat gandakan apa yang
disyukuri hambanya, pada saat kita terbangunkan oleh Allah dari
tidur kita dengan mensyukuri nikmat, afiat serta
terjaganya kerahasiaan kita, maka Allah akan menambah
kenikmatan, keselamatan serta mengurangi dosa-dosa kita, pada saat
kita terbangun dalam nikmat di atas tikar yang kita syukuri maka
Allah akan melipat gandakan tikar menjadi karpet, lalu
karpet tebal, lalu kasur, lalu kasur dan ranjangnya, lalu
kasur tebal dan ranjang besarnya, demikian pula dengan
dinding, atap, lantai, jalan kaki dan lain sebagainya juga
dalam keselamatannya serta berkurangnya dos-dosa.




Oleh karena itu
bersungguh-sungguhlah mensyukuri, nafas, mata, hidung, telinga,
lidah, tangan serta kaki kita, agar Allah menambahkan
kesehatan serta usia yang panjang penuh berkah, penglihatan yang
indah serta halal, menghirup wangi lagi segar, mendengar yang merdu
lagi bermanfaat, rasa yang enak nikmat serta fasih, sentuhan halus
serta terampil, jarak perjalanan yang cepat selamat bahkan pedal gas
dan rem kendaraan.




Mengingat hasil dari mensyukuri adalah
berlipat ganda, sedangkan hasil dari do'a adalah
dikabulkan, dapatkah kita memintakan sesuatu yang belum
dimiliki dengan cara mensyukurinya dan bukannya dengan
cara berdo'a?, dengan berprasangka baik kepada Allah
kiranya cara tersebut dapat saja dilakukan, yaitu dengan mensyukuri
kasih serta sayang Allah kepada kita yang menunda
pemberiannya dikarenakan ketidak siapan kita menerimanya, yang
insyaAllah akan lebih disegerakan kesiapan serta
kemampuan kita untuk menerimanya.




Orang yang senantiasa mensyukuri pemberian
Allah ditambah dengan senantiasa berprasangka baik
kepada Allah adalah orang yang sabar serta tawadhu, yang merupakan
dua senjata paling penting bagi seorang hamba dalam
menempuh perjalannya menuju kepada Penciptanya dengan
selamat.




-=*=-



Tidak ada komentar: