Kamis, 30 Juli 2009

haji

Haji






Musim haji sudah lewat lagi ngga terasa,
sudah banyak lagi haji baru yang insyaAllah pada
mabrur, tiap-tiap tahun sedikitnya dua ratus ribu haji
baru di indonesia, tapi negaranya belum banyak perubahan.







Bila panggilan telah tiba
bagi yang di anggap mampu untuk merelakan harta,
tenaga, bahkan nyawa demi memenuhi kewajiban melaksanakan
rukun islam yang kelima atau terakhir, maka berlomba-lomba lah untuk
segera memenuhinya, walaupun harta yang dipakai bisa
darimana saja menabung, menjual, mengambil, merebut
atau apa saja yang pasti yang dipanggil pasti
berangkat, karena disana juga nanti harus dipertanggung jawabkan
segalanya, apakah asal buruk menjadi baik, tetap buruk atau tambah
buruk, yang asal baik bisa bertambah baik, bertambah buruk, segala
sesuatunya sangat tergantung yang dipanggi itu sendiri.




Persiapan yang dilakukan pun sangat
beragam
, dari mualai manasik hingga menghafal segala macam
do'a dan surat serta tatacara berhaji, ada pula yang sama sekali
tidak
mempersiapkan apa-apa kecuali ikut manasik yang
semi wajib dilakukan sesuai anjuran pemerintah dan para penyedia
jasa, segala persiapan barang-barangpun harus di
perhitungkan
sebaik-baiknya karena kopor yang akan dibawa
sangat terbatas ukurannya




Pesawat telah mendarat di jedah baju ihram
telah dipakai semenjak tadi di udara, kaki menginjak
tanah jedah hati berserah kepada Tuan rumah yang
mengundang, ya Allah hambamu ini di undang kemari tidak membawa
pengetahuan
apapun, tolonglah tuntun hamba
selama hamba berada di rumahMu, masuk di gedung
airport yang sudah penuh sesak dengan para undangan yang harus
mengantri melewati pemeriksaan surat-surat imigrasi tentu akan
menghabiskan waktu berjam-jam, ujian kesabaran
pertama
sebagai sambutan.




Lolos dari imigrasi, langsung berkumpul
untuk menaiki bis, harus saling membantu dan menunggu sebelum bisa
berangkat menuju makkah untuk ber umrah, ujian kedua
berupa kekompakan, setelah semuanya beres bis berangkat menuju
makkah, setibanya di masjidil harram mulailah acara
pertama dengan niat yang sudah dipancang semenjak di
udara tadi dilaksanakan dengan jiwa raga terpana dan tertegun
memandang ka'bah yang selama selalu dibayang-bayangkan dan terbayang
didalam setiap pelaksanaan shalat wajib dan sunahnya, mualailah
simulasi perjalanan kehidupan dengan mengelilingi qiblat
ummat dimulai, semua berpakaian sama maka tentu saja yang menjadi
pembeda
adalah isinya, demikianlah seharusnya dalam
kehidupan kita memandang orang, isinya, bukan bajunya, Allah juga
melihat kita dari imannya bukan tubuhnya ataupun
bajunya, tanpa terasa tujuh putaran yang dalam kebiasaan arab tujuh
sering dipersamakan dengan tidak terhingga, jadi tujuh putaran
dianggap sama dengan sepanjang perjalanan hidup, telah berlalu
dengan cukup mulus tanpa mendorong, menyikut, menarik ataupun
menginjak kaki orang lain, sekarang tibalah waktunya untuk
menghayati bagaimana caranya berjuang dalam kehidupan yaitu sa'i,
yang di contohkan oleh siti Hajar, yang berjuang tanpa mengenal
putus asa demi hidup anaknya yaitu nabi Ismail, berlari-lari mencari
air yang sudah barang tentu saja tidak akan ada
kecuali dengan idzin Allah yang Maha Menjadikan, bagaimana tidak,
kota makkah yang berupa batu keras yang sangat besar
terapung di samudera pasir, tentu saja bagaimanapun kita peras otak
kita untuk memakai akal sehat kita untuk menerima
kenyataan bahwa di tempat pulau batu tersebut kita akan mendapatkan
air tentu saja adalah hal yang sangat mustahil,
kecuali kita harus mencarinya puluhan kilometer di luar makkah
barulah akan menemukannya, jika mengikuti akal sehat kita tentu saja
kita akan memilih berpasrah diri menanti kematian,
disinilah Allah memberitahukan kita semua melalui siti Hajar, bahwa
akal sehat kadang kala atau bahkan seringkali menipu
kita, seharusnya kita berusaha terus sampai titik darah penghabisan
dan menyerahkan hasilnya kepada Allah yang Maha Tau lagi Maha Kuasa,
walaupun menurut akal sehat kita tidak mungkin sekalipun, tidak ada
yang mustahil bagi Allah Pencipta alam semesta, tanpa
terasa lagi tujuh balik sa'i bersama Siti Hajar dan nabi Ismail
telah selesai, ah... segarnya air zam-zam pemberian Allah kepada
hambanya yang berusaha dengan sepenuh jiwa, raga dan
imannya.




Acara sambutan pertama bagi
para undangan telah selesai, masih harus menunggu acara
utama sebaiknya diisi dengan menikmati hidangan rahmat,
berkah, karomah, serta pahala yang berlimpah-limpah yang telah di
sediakan di rumah Allah yang bernilai seratus ribu
kali masjid-masjid pada umumnya, walaupun ternyata Allah tidak
dirumahnya, melainkan menunggu di tempat yang telah di
janjikan, InsyaAllah akan dapat sampai disana pada hari yang telah
ditentukan, di rumah Allah ini ada yang sangat
membingungkan yaitu ada beberapa tempat yang di istimewakan, setelah
perkalian yang sedemikian banyaknya masih ada lagi yang
diistimewakan sungguh luar biasa dan sangat menggoda, tapi jadi
malu
hati bila harus memburu tempat-tempat tersebut
kesannya rakus sekali, setelah diberi limpahan hidangan yang luar
biasa masih juga memburu lebih, apalagi bila sampai
harus saling menyikut, dorong tarik dan lain sebagainya rebutan,
kecuali dengan cara bersaing yang sehat tentu saja tidak masalah,
yah di coba saja untuk mencapainya dengan cara sesehat mungkin
sebagaimana di contohkan dalam sa'i, tidak ada yang tidak mungkin
kalau
memang sudah rizkinya, ah... ujian ketiga,
ujian untuk mengendalikan nafsu..




Besok hari yang di tentukan akan
datang, berangkat ke mina, tempat simbol kelahiran di dunia, dimana
syaitan pertamakali mengganggu manusia, dan akan terus mengganggu
hingga sakratul maut tiba, yang juga tersimbolkan di
kota mina, bermalam dimina, pada saat subuh yang
berarti kelahiran mulailah kita berfikir mencari Allah, pencarian
yang menghabiskan separuh usia akhirnya membawa kita
menemukan Allah di Arafah pada saat pertengahan hari lebih sedikit,
atau lebih tepatnya pada saat dzuhur, Allah yang Maha
Pengampun mengampuni siapapun yang datang kepadanya,
semua yang hadir di arafah diampuni dosa-dosanya dari
semenjak lahir hingga saat itu, pada saat bersih dari dosa-dosa do'a
manusia menjadi makbul, oleh karena itu Allah
memberikan waktu enam jam untuk melakukan
kegiatan-kegiatan kuthbah, berdo'a, berdzikir, bersyukur dan lain
sebagainya, yang juga enam jam tersebut menjadi simbol akhir
usia kita yang sudah di beri penerangan oleh Allah, seharusnya dapat
mengisi sisa usia tersebut dengan segala kegiatan kehidupan yang
diridhoi
oleh Allah, saat maghrib tiba berangkat
menuju musdalifah untuk mengambil batu secukupnya juga menginap,
yang juga merupakan simbol dari kelahiran menjadi
manusia baru yang telah mendapat penerangan dari Allah, yang
berjanji
atau paling tidak berniat menjalani kehidupan di
jalan yang diridhoi oleh Allah dengan berbekalkan 
senjata batu-batu tersebut, saat subuh yang juga
merupakan saat kelahiran manusia baru serta telah berjanji atau
berniat tersebut berangkat menuju mina sebagai tempat menghabiskan
sisa usia dengan jalan yang di ridhoi Allah, pada
saat
dhuha yang disimbolkan sebagai usaha mulailah
persiapan kegiatan percobaan pertama melawan syaitan
dengan melempar jumrah sebanyak satu kali tujuh batu
dilaksanakan pada saat dzuhur, tujuh batu dapat di
artikan tidak terhingga ataupun terus menerus, setelah
selesai, kembali melakukan kegiatan sehari-hari dengan simbol tawaf
serta sa'i, mabit atau bermalam di mina selama tiga
atau empat hari bisa juga di artikan selamanya, malam-malam di
mina
di isi dengan taklim atau juga diskusi keagamaan,
atau saling bertukar dan saling berbagi ilmu dengan orang-orang dari
seluruh dunia, dalam hari-hari selanjutnya perjuangan melawan
syaitan ditingkatkan dengan tiga kali tujuh batu
perharinya, yang berarti melawan syaitan yang berbentuk
manusia, jin serta setan yang berada dalam diri sendiri yang akan
dilakukan terus menerus selama sisa hidup kiata,
akhirnya kembali ke rumah Allah untuk berpamitan dengan tawaf
perpisahan
, yang berarti kita senantiasa siap
melaksanakan
apa yang telah di janjikan dimanapun kita
berada.




Menanti saatnya bertemu Rasulullah SAW. di
rumahnya di madinah untuk berterima kasih atas
usahanya serta kegigihannya  menyampaikan segala berita Allah
kepada kita tanpa menambah maupun menguranginya, waktu
tetap diisi dengan menikmati hidangan seperti yang lalu namun
sekarang selalu penuh dengan rasa haru, akhirnya tiba waktu
keberangkatan ke rumah Rasulullah SAW. sesampainya disana langsung
menuju beranda syurga hadiah Allah kepada RasulNya tercinta yaitu
Rhauda shalat dan berdo'a, airmata haru tak dapat ditahan mengalir
deras terbayang-bayang perjuangan Rasulullah SAW. bersama
keluarganya yang sedemikian gigihnya memperjuangkan syiar islam,
setelah selesai lalu berjalan kekiri yang tidak jauh kemudian
bertemulah
kita dengan Rasulullah SAW. walaupun hanya
makamnya saja, namun Beliau senantiasa dekat dihati
bagaikan seorang ayah yang kita selalu teringat dengan
segala pesannya, dihadapan Beliau kita memberi salam
do'a keselamatan, serta bersaksi bahwa Ia telah
menyelesaikan seluruh tugas kerasulannya kepada kita, sebagai rasa
terimakasih dan hormat kita.




Tinggal menunggu waktu kembali ke tanah
air, sambil menghabiskan waktu menunggu kepulangan dengan menikmati
hidangan yang bernilai seribu kali di masjid-masjid lain, kita
juga
mengunjungi rumah-rumah para sahabat dan keluarga
Beliau.




Akhirnya tiba kembali di tanah air dalam
kehidupan yang nyata serta membawa bekal janji serta
ridho allah, untuk mengarungi sisa kehidupan nyata secara islami.




-=*=-



Tidak ada komentar: