Kamis, 30 Juli 2009

bmhaj

Besar manakah antara Hati atau Jiwa






Banyak orang berpendapat, hati
yang berada di dalam dada adalah jantung, atau paling
tidak sebesar jantung, atau yang didalam ulu hati
berarti sebesar lever, sedangkan jiwa
adalah otak atau pula fikir, fikiran
atau otak kita dapat merekam lingkungan dari seluruh
panca indera kita, setiap saat, sepanjang kita
hidup
, betapa luas atau besarnya daya simpan otak
kita, yang dapat di asumsikan juga dengan besar atau luasnya
jiwa
, namun ada peribahasa dalam nya hati
lebih dalam dari lautan, walaupun tentunya ada
hati besar
dan juga ada hati kecil, jadi
pertanyaannya adalah besar manakah antara hati atau jiwa?.







Hmmm... ini kelihatan rumit
permasalahannya, harus mualai dari mana agar menjadi lebih mudah
untuk mengamati serta mencermatinya, kemungkinan kita harus
memulainya dari tubuh kita sebagai kendaraan
kita selama mengarungi dunia ini dengan bekal usia
yang tidak ada yang tahu berapa lama diberikan oleh Allah kepada
kita, yang InsyaAllah cukup untuk mengumpulkan ilmu yang
bermanfaat
, juga pengalaman kehidupan yang penuh
hikmah
serta mendapatkan serta mendapatkan
keyakinan yang hak
, sehingga dapat mencapai pengenalan
yang dalam
kepada Allah, Dzat Ahad yang Maha Suci lagi Maha
Segala yang Baik, aamiin.




Tubuh, berasal dari segumpal daging,
yang pada usia kandungan empat bulan Allah tiupkan padanya ruh,
sehingga bernyawalah tubuh tersebut, bersamaan dengan
nyawa dan ruh, tumbuhlah jiwa serta tumbuh pula
raganya, selanjutnya, bersamaan dengan terlahirnya tubuh ke dunia
maka kelima panca indera mulai bekerja untuk merekam
atau mengingat suasana di sekitarnya, saat itu syahwat perut
pun mulai beraksi sebagai naluri bertahan hidup, pada
saat otak mulai terisi maka mulailah sang jiwa
belajar ilmu
awal kehidupan, ada rasa lapar dari syahwat
perut, rasa nyaman kehangatan bundanya serta rasa-rasa lainnya yang
dilaporkan oleh inderanya, semenjak itulah jiwa belajar
terus-menerus dari segala yang dilihat, didengar,
dicium, dirasa dan lain sebagainya, pada
usia balita hingga remaja jiwa belajar pula dengan meniru
orang tuanya, juga kehidupan lingkungan di sekitarnya serta mulai
mencari kesimpulan-kesimpulan dari pelajaran yang
didapatkannya, pada masa remaja tersebut syahwat birahi
mulai bekerja sebagai naluri untuk berkembang biak atau berketurunan,
setelah memasuki masa dewasa dan seterusnya, jiwa
terus belajar dan menyimpulkan.




Nah... dengan mengamati proses kehidupan
tubuh serta jiwa, pada saat tubuh terlahir kedunia
fana ini mulailah jiwa belajar juga mulai tumbuh pula
rasa dalam hati sebagai manifestasi dari
kesimpulan ilmu
yang didapatkannya, kiranya inilah yang
dinamakan hati besar, atau bisa juga kita sebut
perasaan
.




Ternyata... hati besar
adalah perasaan, sedangkan jiwa adalah
fikiran kita, atau bisa juga dibilang jiwa
adalah kita, ya... kita yang sedang berfikir inilah
jiwa...




Sekarang tinggalah hati kecil yang harus
kita cari keberadaanya, kapan dan dimana dia muncul?,
hmmm... lagi... ternyata hati kecil telah ada lebih dahulu
dari jiwa dan perasaan kita, dialah
ruh
yang pada masa usia kandungan empat bulan
ditiupkan
oleh Allah sebagai pembangkit nyawa
serta penumbuh jiwa, lalu apa sajakah fungsi
dari hati kecil ini?, kiranya hati kecil sebagai ruh
adalah pengikat nyawa, jiwa dan perasaan pada tubuh,
sedangkan hati kecil sebagai cahaya naluri akhirati
yang sering di umpamakan sebagai minyak zaitun yang
tidak ada di timur dan tidak pula ada di
barat
, yang seakan-akan menyala dengan sendirinya
tanpa tersentuh oleh api sekalipun, atau biasa di
juluki pula lentera jiwa atau penerang bagi jiwa
atau jendela hati atau pula mata bathin,
yang bila kita rawat dengan baik akan selalu
berkicau ke dalam hati
kita, yang hanya dapat berkata
benar atau salah, ini benar atau ini salah, itu benar atau itu salah,
harus begini atau harus begitu, tidak boleh begini atau tidak boleh
begitu
yang sedemikian kakunya tanpa ada kata tapi
atau tapi kan
, karena kalau sudah ada kata
tapi ataupun tapi kan, berarti itu hati besar yang
berbicara.




Jika hati kecil itu adalah benda
ataupun dzat akhirati, maka kita akan mencoba untuk
membandingkan
dunia dan akhirat atau bila perlu kita
membandingkan alam semesta dengan akhirat,
kita ketahui bahwa bumi atau dunia dibandingkan dengan
akhirat bagaikan setetes air dengan
lautan
, sedangkan alam semesta hanyalah selebar kaki
kursi Allah ayang Maha Besar, jadi sudah barang tentu akhirat
sangatlah besar
walaupun di bandingkan dengan alam semesta,
maka dengan melihat kenyataan ini saja dapat di
perkirakan bahwa hati kecil lebih besar dari tubuh
maupun jiwa kita, setidak-tidaknya hati kecil
berbanding jiwa bisa saja di anggap draw atau sama besar,
dengan alasan bila kita tawadhu atau merendahkan atau
mengecilkan hati besar
, maka jiwa kita membesar oleh
besarnya cahaya akhirati dari hati kecil.




Seandainya hati kecil kita umpamakan
jendela hati atau lentera hati ataupun jendela akhirati, maka
jendela seperti apakah atau lentera seperti apakah hati kecil
tersebut, apakah mungkin jendelanya penuh seperti
kulit telur?
, mata adalah jendela kita ke
dunia luar, kitanya lebih kecil dari
dunia luar, atmosfir adalah jendela sekaligus
pelindung
dunia terhadap alam semesta, dunia lebih
kecil
dari alam semesta, jika hati kecil adalah
jendela seperti kulit telur ataupun seperti atmosfir

terhadap akhirat, maka kitalah yang berada
didalam
kulit telur ataupun atmosfir hati kecil tersebut,
dengan demikian maka jelaslah hati kecil lebih besar dari kita.




Meninjau perbandingan besar dan kecil
antara hati kecil dan jiwa, maka bila yang dikatakan hati
kecil tertutup oleh kerak amal buruk
, maka yang akan
terperangkap oleh kerak tersebut bukanlah hati kecil,
tetapi jiwa kitalah yang terpeangkap di dalam kerak
tersebut, oleh karena itu bila kita meninggal dengan
hati kecil yang berkerak tebal, tubuh kita akan hancur
namun jiwa kita terperangkap didalam kurungan kerak,
tentu saja kita tidak akan pernah sampai di
akhirat
, jikalau Allah tidak berkenan menghancurkan belenggu
kerak tersebut, Allah Maha Kuasa serta Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang yang tiada sesuatupun dapat mencegah kehendaknya.




-=*=-



Tidak ada komentar: