Kamis, 30 Juli 2009

julama

Jangkauan Ulama






Sejauh manakah jangkauan
para ulama di indonesia ini?, begitu kurang lebih pertanyaan kita
yang terheran-heran dengan bermunculannya para ulama
baik yang tua-tua maupun yang muda-muda, tapi moral bangsa kita ini
sepertinya masih sangat sulit untuk didongkrak nilai
moral islaminya.







Duh saya susah kalau harus
lama-lama di tempat ustadz A kata si fulana padahal ingin
saya menambah ilmu rohani, atau paling tidak siraman rohani lah gitu,
lho kenapa begitu?, barangkali kurang kemauan alias
malas kali, bukan itu sebabnya, lalu?, sebabnya saya merokok, dan
disana tidak boleh merokok, mau maksain juga malu soalnya ngga ada
asbaknya, wah kalo saya yang merokok aja susah dapet ilmu, apa yang
lebih parah dari merokok bisa mendapat kesempatan,
apalagi ilmu?.




Duh... juga jadi bingung mikirinnya,
jadi tumbuh suudzon deh nih..., apa para ustadz serta
ulama kita ini maunya yang gampang-gampang aja gitu,
tinggal duduk diem, orang yang butuh pada dateng, padahal yang mau
dateng itu orang-orang yang relatif sudah soleh atau
paling tidak sudah ada kesadaran akan kebenaran, walaupun buat yang
merokok aja jadi sulit begitu, padahal yang merokok itu korban
ketidaktahuan dimasa lalu, atau kalau boleh dibilang korban
kampanye orang jenius yang begitu lihai menuntun orang
kedalam jebakan asap rokok tersebut untuk pada saatnya
digiring
ke asap mimpi yang lebih berbahaya
lagi, kalo begitu korban-korban masalah yang lebih berat akan
sulit
mendapatkan kesempatan untuk memperbaiki diri kalau
para ulamanya susah didekati bahkan mungkin merasa
jijik terhadap korban-korban kasus tertentu, kasus
kemiskinan misalnya.




Jadi penasaran melihat kasus diatas
tersebut, apa sih tugas para ulama itu sebenarnya?,
menyolehkan yang sudah soleh?, memberi sama yang
sudah
punya, dan meminta sama yang minta
atau butuh?, lho kok memberi sama yang punya, minta sama yang minta?
aneh sekali, itulah... memberi sama yang mau datang berarti memberi
sama yang sudah soleh, alias menyolehkan yang sudah soleh, kalau
minta dari yang minata?, pernah dengar di acara tanya jawab di
televisi acara ramadhan seorang penelepon bertanya, ustadz saya
kerja di tempat hiburan bagaimana?, tentunya penelepon ini kalau
ngga butuh ngga akan nanya, lalu ustadz menjawab sebaiknya anda
berhenti bekerja disitu dan mencari pekerjaan lain yang halal
katanya, nah... nah... bukannya orang yang butuh
tersebut minta, eh malah ustadz minta juga dia
berhenti kerja, sungguh aneh padahal ia bekerja disana pun tentu
atas idzin Allah sebagai ujian bagi kesabaran serta
iman nya, juga sekaligus menjadi ujian bagi ustadz
tersebut yang kena ditanya, alangkah lebih baiknya kalau ustadz
tersebut memberi bukannya meminta, misalkan ya kalau sedang di uji
harus berada di tempat yang kurang atau tidak baik
janganlah sampai lupa senantiasa mengingat Allah, juga tetap jujur
dalam bekerja, juga jangan putus berdo'a agar Allah segera
memindahkannya ketempat orang-orang soleh yang tentu saja lebih
nyaman dan aman.




Yaahh.. mudah-mudahan saja para ustadz
dan ulama kita tidak termasuk pemalas yang hanya
menunggu orang yang datang atau memanggil mereka, yang meminta dari
orang yang butuh, yang hanya memilih yang amplopnya paling tebal,
dan lain-lain hal yang tidak terpuji yang sering dibisik-bisikan
orang, sehingga menjadi sama salahnya yang
membisik-bisikan dengan orang yang dibisikannya.




Memang kasihan orang-orang yang
terperosok ke jurang kehinaan, jarang orang yang mau
bersusah-susah turun menolong ke dalam jurang, selain malas
atausulit, juga takut turut terperosok pula.




Mungkin juga para ustadz dan ulama kita
sangat sibuk dalam kesehariannya mengurusi yang sudah
soleh, namun ada cara yang paling ampuh untuk mengurangi kesibukan
serta memilih mana umatnya yang benar-benar soleh atau
yang pura-pura soleh, caranya adalah poligami yang
sudah terbukti ampuh dalam memilah ummat teruji dari
yang palsu.




Rasanya memang akan sulit
menghimbau
orang yang solehnya hanya kedok, karena dia hanya
butuh kedoknya saja untuk menghindari obat yang paling ditakutinya
tersebut, sebab orang yang sakit jiwa tidak pernah menyadari kalau
dirinya sakit, jadi sangat sulit untuk diobati, yang paling mudah
dan
efisien ya memang dipilah saja.




-=*=-



Tidak ada komentar: