Kamis, 30 Juli 2009

nikah

Nikah






Umumnya orang-orang berpendapat menikah
haruslah saling mencintai, banyak pula yang merasa
menikah itu sebagai sahnya atau resminya berhubungan
badan, padahal didalam islam berpacaran saja sudah
tidak diidzinkan, berdua-duaan laki-laki dengan perempuan yang
ketiganya adalah syaitan.







Banyak pasangan menikah yang setelah
menjalani lebih dari tiga tahun masa pernikahan mereka
diterpa badai kejenuhan yang sangat sulit sekali dicari jalan
keluarnya, sehingga biasanya pernikahannya benjadi
dingin dan penuh dengan keributan, sehingga dari rumahku adalah
surgaku, berubah menjadi rumahku nerakaku.




Padahal waktu baru kenalan juga pada saat
pacaran, bisa bertemu saja sudah senang dan bahagia
luar biasa, mengapa setelah menikan tiga tahun menjadi jenuh, penuh
keributan serta kurang saling menghargai?, biasanya
semua itu terjadi dikarenakan sewaktu menikah pasangan tersebut
menganggap pernikahan adalah sahnya atau halalnya
berhubungan badan, yang sebenarnya hanya bagian kecil saja dari
pernikahan, sehingga setelah hubungan badan yang sebenarnya
hanya
kebutuhan birahiah juga hiburan kecil dalam sulitnya
pernikahan, sudah menjadi rutinitas, tentu saja
sebagaimana rutinitas-rutinitas yang lain yang dalam
waktu tertentu akan mendatangkan kejenuhan.




Kata cinta yang di agung-agungkan
banyak
orang, sebenarnya adalah suatu
keinginan memiliki orang yang dicintainya, juga cinta itu
bersahabat
erat dengan cemburu, menguasai serta tuntutan
yang bila tumbuh tanpa terkendali, tentu saja akan
sangat membebani atau memberatkan bagi orang yang dicintainya itu,
akan menjadi belenggu yang sangat kuat sehingga dapat menghambat,
bahkan
menghentikan kemajuan orang yang dicintainya
tersebut, sebenarnya Allah memberikan rasa cinta kepada manusia
sebagai
tombak birahiah yang menjadi naluri kebutuhan
berketurunan agar tidak menjadi musnah, atau untuk lebih jelasnya
Allah memberikan naluri kepada manusia agar berusaha
mencari jodohnya yang telah disediakan oleh Allah.




Bila manusia telah menemukan
jodoh yang telah di tentukan atau disediakan oleh
Allah, maka seharusnya cintanya segera beralih secara
berangsur-angsur menjadi sayang dan kasih kepada pasangannya,
sehingga dapat menjalani perjodohannya yang telah diberikan oleh
Allah tersebut sesuai dengan cara yang diridhoi oleh
Allah, sehingga dapat menumbuhkan kebahagiaan rumah tangga
yang
disertai kesenangan-kesenangan kecil sebagai hiburan.




Seringkali orang sulit membedakan yang
mana
cinta, kasih dan sayang yang bila dirasakan secara
sepintas saja mungkin akan terasa sama dikarenakan
tercampur baur, cinta sudah dibahas terlebih dahulu di bagian atas,
sedangkan kasih berasal dari kasihan yang menghasilkan
melindungi serta mengayomi, sedangkan sayang adalah ingin membuat
atau
melihat yang disayangi bahagia dan senang,
jadi
kasih dan sayang bersifat memberi, sedangkan cinta
bersifat membutuhkan atau meminta atau juga menuntut,
padahal baik hubungan silaturahmi secara umum serta hubungan
pernikahan seharusnya saling memberi saling menerima,
bukannya saling menuntut dan saling meminta.




Yang sering juga menjadi pendapat umum,
seorang suami wajib memberikan nafkah lahir
serta
nafkah bathin kepada istrinya, nafkah bathin disini
selalu diartikan sebagai menggauli istrinya, padahal
pada saat menggauli istrinya seringkali suami tersebut bukan
sedang
memberi nafkah bathin, melainkan sedang memenuhi
kebutuhan hajat birahinya sendiri saja, jadi sebenarnya bukan
memberi tetapi malah meminta.




Ada lagi yang sering dilupakan oleh
para
pasangan pernikahan jaman sekarang, biasanya para istri
merasa rendah diri bila hanya menjadi ibu rumah tangga
saja, padahal mulianya seorang wanita terletak pada
keberhasilannya menjadikan anak-anak suaminya menjadi anak yang
soleh-solehah dan berbakti, sedangkan seorang anak lebih cepat
menerima pelajaran dengan melihat daripada dengan
mendengar, yang tentu saja contoh yang paling dekat adalah ibunya
sendiri, bagaimana bakti sang ibu kepada suaminya sangat
menentukan bagaimana sianak akan menjadi anak yang berbakti
ataupun
menjadi anak yang membangkang pada orang tua, begitu
juga dengan tingkat solehah sang ibu sangat menentukan
bagi anak-anaknya.




Masalah yang tidak kurang pentingnya
untuk
diwaspadai adalah prasangka seorang istri kepada
suaminya, apalagi di jaman seperti sekarang ini yang begitu banyak
berita meresahkan dari media tv maupun media cetak
yang sudah sangat tidak terkontrol dampaknya bagi
masyarakat, menambah prasangka yang sangat mengganggu serta
menyita
begitu banyak fikiran dan lamunan sang istri hingga
kesibukan fikirannya menghabiskan waktu untuk
memperhatikan anak-anaknya, bahkan menjadi mudah marah-marah kepada
anak-anak dan suaminya, padahal jodoh itu hak Allah sehingga
sebenarnya
percuma di takutkan, karena apapun kehendak
Allah, kita tidak akan bisa menghindarinya, umur
perjodohan sudah ditentukan panjang pendeknya oleh Allah, yang dapat
kita lakukan hanyalah bagaimana cara mengisi waktu
yang telah diberikan tersebut, apakah akan diisi resah dan gelisah
karena prasangka, ataukah akan diisi  kebahagiaan dengan
saling memberi saling menerima, saling menghargai, saling
mengingatkan kepada kebenaran, saling menyenangkan, saling menjaga,
saling hibur, dan lain sebagainya  sehingga
menjadi keluarga yang sakinah tempat tumbuh anak-anak
yang nyaman dan aman.




-=*=-



Tidak ada komentar: