Nama surat ini adalah Al
Ikhlas, tetapi ayat-ayatnya tidak ada satupun yang
berarti kata ikhlas.
Mungkin saja itu semua disebabkan oleh
awalan dari surat tersebut yang berbunyi
Qul, yang mempunyai arti katakanlah, sehingga kita
harus mengatakannya dengan sepenuh
keikhlasan kita.
Mengatakan dengan sepenuh keikhlasan
dapat diartikan sebagai bersumpah, atau dapat pula
diartikan sebagai menerima, menerima ini
kelihatannya yang paling dekat dengan keikhlasan,
yaitu menerima dengan ikhlas, berarti mengatakan
dengan ikhlas sama dengan menerima dengan ikhlas,
maka dengan berpatokan kepada menerima
inilah kita dapat menyimpulkan bahwa surat Ikhlas
adalah perintah agar kita menerima dengan ikhlas setiap
ketentuan dari setiap ayatnya.
Jadi apa sebenarnya yang harus kita
terima dengan sepenuh ikhlas tersebut?, tentunya kita
harus mengamati dengan cermat setiap ayatnya agar
kita dapat mengetahuinya,
Pertama kita harus menerima bahwa
Allah itu Ahad, Esa atau Satu.
Kedua kita harus menerima bahwa
hanya Allah saja sebagai tuhan manusia, yang berarti hanya
Satu tuhan saja bagi manusia.
Ketiga kita harus menerima bahwa Allah
tiada beranak serta tiada diperanakan, karena
biasanya manusia menyamakan derajat orang tua
dan anaknya, menyamakan derajat berarti juga menyamakan
kekuatan, kekuasan serta lain sebagainya, yang akan menjadikan bukan
Satu-satunya Dzat yang Maha Segala yang Baik, padahal
sudahlah sangat jelas bahwa Allah adalah Dzat yang
Maha Berdirisendiri, yang tiada bergantung kepada siapapun
serta apapun juga, yang tiada berawal serta
tiada berakhir, tidak membutuhkan orangtua maupun anak.
Keempat kita harus menerima bahwa tiada
sesuatupun yang dapat menyerupai Allah, karena bila ada
yang menyerupai tentu saja akan serupa pula kekuasaan
serta lain-lainnya, sehingga tidak lagi menjadi Satu-satunya
penguasa alam semesta, sehingga akan menjadi kehilangan
ke MahaanNya, oleh karenanya tidaklah mungkin ada sesuatupun yang
dapat menyerupai Allah.
Setelah kita mengamati setiap bagiannya,
maka menjadi jelas bagi kita apa yang harus
diterima dengan sepenuh keikhlasan jiwa kita,
serta sepenuh prasangka baik kita kepada Allah, yaitu
ke Esaan Allah.
Ke Esaan adalah syarat
mutlak dari ketuhanan, kita sering keliru megenali
orang karena banyak orang yang mirip-mirip dengan
orang yang kita kenal, bahkan biasanya antara orangtua dan anak
banyak kemiripannya, sehingga untuk Tuhan yang kita tidak
boleh keliru mengenalinya, ahruslah memenuhi
persyaratan tidak ada sesuatupun yang dapat
menyerupaiNya kapanpun serta dimanapun.
-=*=-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar